ARY PRASETYA: Delayed Bliss

Search

ENJOYED THIS!

Selasa, 31 Mei 2011

Delayed Bliss



Cowo mana yang ngga pengen punya pacar cantik, baik, perhatian, dan ga aneh aneh.
Itu udah naluri cowo buat nyari pacar yang "sempurna" agar kelak bisa hidup bahagia dan dalam hidup bahagianya itu sesuatu yang dilihatnya indah-indah.

Nah, kadang si cowo (Contoh : Gue) merasa ga pede karena satu alasan klasik, physically.
Cowo yang secara fisik kurang cenderung PDnya kurang juga buat berspekulasi mendekati untuk mendapatkan yang sempurna-sempurna. Itu yang gue rasain beberapa hari lalu dalam lembar kisah yang kemaren-kemaren.

Suatu sore di latihan ekskul PMR, waktu enak duduk-duduk kikuk ngliatin adik kelas kepanasan dan Bu Nurul (supervisor PMR) lagi ngitung uang kas PMR. Gue liat pemandangan lain yang kontras dengan dua hal membosankan tadi. Seorang cewe imut berjaket merah hati dan berpakaian olahraga ala PMR sedang pegang kamera digital dan motoin temennya yang kena demam narsis tingkat lanjut.
Seketika gue tersentak dalam hati, "Wah! Ini dia". Maklum lagi jomblo setelah putus dari Mrs.K dan ga ada alasan lagi untuk ga pacaran.

Pada hari yang lain, waktu nongkrong di kantin. Di saat yang lain makan pangsit atau makanan berat yang lain. Gue beli 2 stik coklat (brand-nya rahasia). Tak disangka cewe imut tadi lewat. Gue terdiam.
Gue sempet ga percaya pernah berkata seperti ini, seorang outcast yang harusnya masuk dump-truck.
"Mau stik coklat?"
"Mau..." Kata cewe imut tadi
"Nomor HP nya dulu" Pinta gue.
"Ok,081*********, udah" kata si cewe, Gue terbang.

Gue merasa momen yang terjadi selama 10, -eh 30, eh berapa detik ya- tadi adalah sebuah momentum untuk para outcast-outcast kaya gue mencapai keberhasilan. Gue harus perjuangin cewe tadi, Sakdumuk bathuk saknyari bumi dibelani taker mati. Itu kata nenek, ga tau artinya apaan.

PDKT yang dilakukan dengan SMS.an, hingga setiap hari selalu lengket dengan HP membuahkan hasil. Gue dan cewe imut itu (namanya Ulul nama imut yang sesuai sama interpretasi wajahnya. Gimana ga imut itu nama, coba bilang namanya dengan gaya seperti nenangin bayi nangis "Ululululululululululululul.......") semakin deket.
Setelah deket, deket dan deket gue pun siap untuk nyatain cinta yang tak bertepi ini (Wuekk).

Waktu "penembakan" udah gue tentuin. Cuma rencananya meleset, soalnya si Ulul ada bimbingan tambahan. Tapi tiba-tiba HP berdering
"Kak, aku udah turun kebawah. Kakak dimana?"
Gue cepet ambil kesempatan ini, meskipun mungkin nanti Ulul waktu gue tembak dijemput bapaknya dan gue didamprat abis-abisan, terserah. Gue mantap jadi outcast yang nyatain cinta dengan cewe imut serta cantik, gue siap dengan segala kemungkinan buruk, gue ambil kesempatan dengan optimis. karena kata Winston Churcill -Orang Inggris bertongkat dan bertopi aneh itu- pernah bilang, kepesimisan adalah melihat kesulitan dbalik kesempatan dan keoptimisan adalah melihat kesempatan dbalik kesulitan. Mantap.

"Aku ngga bawa bunga, coklat, uang atau yang lain. Aku cuma bawa diri aku sendiri, didalam diri itu ada sayang, dan di dalam sayang itu ada cintaku buat kamu. Mau ngga jadian sama aku?"

Dia diam, 10 detik, 30 detik, 1 menit, 5 menit, 15 menit dan akhirnya setengah jam kemudian, Ulul berujar
"Di jawab besok aja ya kak.."
Ga apa-apalah, saat itu gue berpikir kalo menunggu sampai besok itu adalah jawaban iya yang tertunda gue siap nunggu.

Gue dan Ulul masih diem di tempat, duduk berdampingan entah nungguin apa. Malapetaka terjadi.
Pak Epul (Guru seni budaya yang ngeselin itu) lewat
"Eh, pacaran lare iki..." (Eh, pacaran anak ini)
Bagi gue (dan mungkin Ulul juga) kalimat Pak Epul tadi tidak berarti apa-apa, tapi.......

Esoknya, hari penerimaan rapor. Berharap dapat nilai bagus dan (tentu) pacar baru.
Tapi,
ternyata pak Epul bilang ke Bu Rini (Wali kelasnya Ulul), dan Bu Rini bilang ke Bapaknya Ulul.

Bersambung.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar